Penemuan asam sulfat dikreditkan kepada alkemis abad ke-8, Jabir bin Hayyan (Geber). Jabir bin Hayyan adalah seorang ilmuwan Muslim yang berasal dari Irak. Ia dikenal sebagai "Bapak Kimia Modern" karena kontribusinya yang signifikan dalam pengembangan kimia.
Jabir bin Hayyan menemukan asam sulfat melalui proses distilasi kering mineral yang mengandung besi(II) sulfat heptahidrat, FeSO.7H. Proses ini menghasilkan gas sulfur dioksida, yang kemudian diolah dengan air untuk menghasilkan asam sulfat.
Asam sulfat pertama kali dikenal di Eropa pada abad ke-12. Alkemis Eropa abad pertengahan menyebut asam sulfat sebagai "minyak vitriol" atau "roh vitriol".
Pada abad ke-17, proses produksi asam sulfat mulai berkembang. Pada tahun 1627, Johann Rudolph Glauber mengembangkan proses Glauber, yang menggunakan garam asam sulfat untuk menghasilkan asam sulfat.
Pada tahun 1746, John Roebuck mengembangkan proses bilik, yang merupakan proses produksi asam sulfat yang paling efektif pada masa itu. Proses bilik ini menggunakan gas sulfur dioksida dan air untuk menghasilkan asam sulfat.
Pada abad ke-19, proses produksi asam sulfat terus berkembang. Pada tahun 1831, Peregrine Phillips mengembangkan proses Phillips, yang merupakan proses produksi asam sulfat yang lebih efisien daripada proses bilik.
Pada abad ke-20, proses produksi asam sulfat terus berkembang. Pada tahun 1923, Carl Bosch dan Friedrich Bergius mengembangkan proses kontak, yang merupakan proses produksi asam sulfat yang paling efisien hingga saat ini.
Asam sulfat adalah salah satu zat kimia yang paling penting di dunia. Asam sulfat digunakan dalam berbagai industri, seperti industri kimia, industri logam, industri tekstil, dan industri kertas.
Posting Komentar untuk "Sejarah Penemuan Asam Sulfat"