Baik TW Arnold dan Buya Hamka, meski keduanya ahli dalam bidang sejarah Islam di Nusantara, memiliki beberapa persamaan dan perbedaan pendapat mengenai masuknya Islam ke Indonesia.
Persamaan pendapat:
- Penolakan teori Arab tunggal: Keduanya menolak anggapan bahwa Islam masuk ke Indonesia hanya melalui jalur tunggal dari pedagang Arab pada abad ke-7 Masehi. Mereka berpendapat bahwa proses masuknya Islam berlangsung lebih kompleks dan melibatkan berbagai jalur dan aktor.
- Pengaruh dari berbagai daerah: Keduanya mengakui adanya pengaruh dari berbagai daerah dan kebudayaan dalam penyebaran Islam di Nusantara. TW Arnold misalnya, menyebutkan peran Gujarat, Persia, dan India, sementara Buya Hamka menekankan peran pedagang Minangkabau dan Aceh.
- Peran perdagangan: Keduanya setuju bahwa jalur perdagangan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam. Para pedagang muslim dari berbagai daerah turut membawa ajaran Islam ke Nusantara melalui aktivitas perdagangan mereka.
- Proses panjang dan bertahap: Keduanya menekankan bahwa proses masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara tidak terjadi dalam waktu singkat, melainkan melalui proses yang panjang dan bertahap. Islam berinteraksi dengan budaya-budaya lokal dan mengalami proses akulturasi.
Perbedaan pendapat:
- Penekanan faktor dominan: Meski sama-sama menolak teori Arab tunggal, TW Arnold cenderung melihat peran Gujarat dan India lebih dominan dalam penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Sumatra dan Jawa. Buya Hamka sebaliknya, lebih menekankan peran pedagang Minangkabau dan Aceh, serta adanya hubungan erat antara perkembangan Islam di Nusantara dengan Timur Tengah.
- Tingkat akulturasi: TW Arnold berpendapat bahwa Islam mengalami akulturasi yang cukup signifikan dengan budaya-budaya lokal di Nusantara. Buya Hamka, meski mengakui adanya akulturasi, menekankan pentingnya mempertahankan esensi ajaran Islam dan melihat akulturasi sebagai proses penyesuaian ajaran Islam dengan konteks lokal, tanpa menghilangkan prinsip-prinsip dasarnya.
- Metodologi penelitian: TW Arnold banyak menggunakan sumber-sumber tertulis seperti catatan para pelaut dan pedagang Eropa, serta prasasti dan batu nisan. Buya Hamka, selain memakai sumber-sumber tertulis, juga memanfaatkan tradisi lisan dan kesenian Islam Nusantara untuk memahami sejarah penyebaran Islam.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat perbedaan dalam penekanan tertentu, T.W. Arnold dan Buya Hamka sama-sama berkontribusi dalam memperkaya pemahaman kita tentang sejarah Islam di Nusantara. Mereka menekankan pentingnya melihat proses masuknya Islam secara kompleks dan tidak terjebak pada teori tunggal.
Posting Komentar untuk "Persamaan Pendapat T.W. Arnold dan Buya Hamka"