Asal usul Pulau Nusakambangan memiliki dua versi, yaitu versi sejarah dan versi legenda.
Versi sejarah
Menurut versi sejarah, Pulau Nusakambangan mulai dikenal pada abad ke-16. Pada saat itu, pulau ini dikenal dengan nama Nusakembangan atau Nusa Kambangan. Nama Nusakembangan berarti "pulau yang banyak ditumbuhi bunga".
Pada abad ke-17, Pulau Nusakambangan menjadi tempat pembuangan bagi para tahanan politik oleh pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda membangun benteng pertahanan di pulau ini untuk mengawasi para tahanan politik.
Pada abad ke-19, Pulau Nusakambangan menjadi tempat pembuangan bagi para tahanan umum oleh pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda membangun berbagai fasilitas penjara di pulau ini, termasuk penjara Batu, penjara Permisan, dan penjara Karanganyar.
Versi legenda
Menurut versi legenda, Pulau Nusakambangan terbentuk karena letusan gunung berapi. Pada zaman dahulu, di tempat yang sekarang menjadi Pulau Nusakambangan, terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Aji Pramosa.
Pada suatu hari, Prabu Aji Pramosa mendengar kabar bahwa di sebuah pulau karang di dekat Nusakambangan tumbuh sebuah bunga yang ajaib. Bunga tersebut disebut Bunga Wijayakusuma. Bunga Wijayakusuma dipercaya dapat memberikan kekuatan dan keabadian bagi orang yang memilikinya.
Prabu Aji Pramosa penasaran ingin melihat Bunga Wijayakusuma. Ia pun memerintahkan para pengawalnya untuk mencari bunga tersebut.
Setelah mencari selama berhari-hari, akhirnya para pengawal Prabu Aji Pramosa menemukan Bunga Wijayakusuma. Bunga tersebut tumbuh di sebuah gua di pulau karang tersebut.
Prabu Aji Pramosa pun memerintahkan para pengawalnya untuk memetik Bunga Wijayakusuma. Namun, begitu Bunga Wijayakusuma dipetik, tiba-tiba terjadi letusan gunung berapi yang dahsyat. Letusan tersebut membentuk sebuah pulau baru yang kemudian disebut Pulau Nusakambangan.
Pulau Nusakambangan kemudian menjadi tempat yang angker dan diyakini sebagai tempat tinggal para roh jahat.
Posting Komentar untuk "Asal Usul dan Legenda Nusakambangan"